![]() |
PENGEMBANGAN KOMIK
JAKA TINGKIR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA
SISWA
KELAS III DI KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Noel Tri
Darmasto
NIM : 2601410030
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Jurusan : Bahasa dan Sastra Jawa
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Media
pembelajaran merupakan alat penunjang dalam proses menyampaikan materi
pembelajaran, dengan tujuan materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan
maksimal. Media pembelajaran mengandung materi intruksional di kalangan siswa
yang dapat merangsangnya untuk belajar. Proses belajar salah satunya melalui
kegiatan membaca, oleh sebab itu menarik minat siswa untuk membaca perlu
dilakukan.
Media pembelajaran membaca yang
menarik salah satunya adalah komik. Komik menampilkan sebuah cerita yang fokus
pada ilustrasi gambar, sebaliknya naskah dalam komik disajikan dengan sederhana,
yaitu sebagai pelengkap untuk menghidupkan jalanya cerita. Cerita yang
diangkat dalam sebuah komik tidak hanya berupa cerita fiktif yang berkembang
seiring berkembangya kemajuan teknologi, dimana bersifat imajiner atau dengan
tujuan menghibur saja. Komik dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
melestarikan sebuah cerita yang kaya akan sejarah dan budaya, salah satunya
adalah cerita rakyat.
Cerita rakyat bermula
dari masyarakat dan ditujukan kepada masyarakat, dengan maksud supaya generasi
penerus dapat mengilhami sebuah cerita yang berkembang dimasa lampau kemudian
mengapresiasikan pada jaman sekarang. Cerita rakyat dapat diperkenalkkan
semenjak dini, dengan tujuan supaya adat istiadat serta budaya yang terkandung
dalam cerita dapat tertanam sejak dini di setiap pribadi yang mengenalnya. Cerita
rakyat dapat diperkenalkan pada dunia pendidikan, terutama bagi siswa sekolah
dasar. Siswa sekolah dasar dipilih dengan maksud usia siswa sekolah dasar merupakan
usia dini, sehingga sangat tepat untuk menerima sebuah karya sastra yang kaya
akan pendidikan. Faktor lain yaitu instansi pendidikan dipilih karena dalam
dunia pendidikan cerita rakyat dapat diakses dengan mudah serta dapat
diperkenalkan secara maksimal dibandingkan melalui instansi non pendidikan.
Media untuk
mengenalkan cerita rakyat yang terlalu monoton, serta kurang berimprovisasi
pada karakteristik siswa yang lebih menyukai cerita dengan ilustrasi dibandingkan
cerita yang hanya disajikan dalam bentuk teks dapat mengurangi minat siswa
untuk mengenal sebuah cerita rakyat. Cerita rakyat yang melegenda di Kabupaten
Boyolali salah satunya adalah cerita rakyat Jaka
Tingkir.
Jaka
Tingkir
merupakan salah satu cerita rakyat yang dapat diapresiasi. Tokoh Jaka Tingkir
pantas dikenal di kalangan siswa sekolah dasar, terlebih semenjak dini dalam
dunia pendidikan mereka. Sifat Jaka Tingkir yang ulet dapat dijadikan sebuah
motivasi serta teladan dalam kehidupan.
Cerita rakyat Jaka Tingkir mengisahkan seorang pemuda
dari Desa Tingkir yang memiliki keinginan untuk mengabdi di kerajaan Demak.
Jaka Tingkir adalah anak angkat Ki Ageng Tingkir, kedua orang tuanya telah
meninggal akibat serangan Kerajaan Demak. Jaka Tingkir memiliki keinginan yang
sangat kuat untuk dapat mengabdi pada Kerajaan Demak. Jaka Tingkir rajin
berguru dan bertapa supaya dapat menggapai keinginanya tersebut. Jalan yang Ia
tempuh tidak semudah dengan apa yang Ia kira, Jaka Tingkir mendapat sebuah
masalah yang pada akhirnya Ia diusir dari Demak. Jaka Tingkir tidak menyerah
begitu saja, Ia berulang kali mencoba berbagai cara untuk dapat mengabdi
kembali di Kerajaan Demak. Sifat ulet yang dimiliki Jaka Tingkir inilah yang
patut diteladani oleh semua orang.
Siswa sekolah
dasar sudah sepantasnya mengenal sebuah cerita rakyat, karena selain bersifat
menghibur juga dapat mengembangkan daya imajinasi. Cerita rakyat akan diminati
oleh siswa apabila media yang digunakan dapat menarik minat baca mereka. Salah
satu media yang dapat menarik minat baca adalah komik. Buku komik di masyarakat sering dikenal dengan
istilah buku bacaan atau buku cerita. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan,
pengalaman, dan menghibur pembaca melalui cerita yang dibawakanya.
Media
pembelajaran cerita rakyat berupa komik sangat bermanfaat bagi pelestarian budaya. Membaca buku komik cerita rakyat
akan menambah
pengetahuan
dan wawasan terhadap cerita yang berkembang pada masa lampau dari suatu daerah. Melalui membaca komik cerita rakyat,
adat yang telah ada semenjak dahulu tetap dipegang teguh generasi penerus.
Komik sebagai
salah satu media visual merupakan media pembelajaran yang efektif untuk
mengembangkan kreatifitas pembacanya, karena di dalamnya terdapat ilustrasi
berupa gambar dari sebuah cerita yang dibawakan. Bahasa yang digunakan dalam
sebuah komik juga tidak terlalu berat, sehingga tidak memberikan kesan jenuh
bagi pembacanya.
Penggunaan komik
dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Komik dapat digunakan sebagai
pengganti media teks bacaan dalam pembelajaran cerita rakyat. Menangkap isi
sebuah cerita rakyat, komik membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan
media teks, sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien.
Uraian tersebut
menunjukan bahwa dibutuhkan media yang dapat memotivasi siswa sekolah dasar
dalam mengapresiasi sebuah cerita rakyat. Komik cerita rakyat Jaka Tingkir
berbahasa Jawa dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Alasan tesebut
dijadikan dasar oleh peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai “Pengembangan Komik Jaka Tingkir Sebagai
Media Pembelajaran Membaca Cerita Siswa Kelas III di Kabupaten Boyolali”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut
terdapat faktor penghambat dalam pembelajaran membaca cerita siswa sekolah
dasar. Faktor tersebut berasal dari media yang digunakan guru di dalam
pembelajaran membaca cerita kurang menarik minat baca siswa, sehingga perlu
dikembangkan media yang dapat memotivasi siswa untuk membaca.
Guru pada umumnya
masih menggunakan media teks dalam pembelajaran membaca cerita. Media teks
kurang menarik bagi ukuran siswa sekolah dasar, sehingga dapat berpengaruh pada
lemahnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk meningkatkan
keaktifan siswa, guru membutuhkan media yang dapat menarik minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran membaca cerita.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah,
untuk mewujudkan kebutuhan siswa akan media yang dapat meningkatkan minat baca,
maka penulis membatasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian yaitu
pengembangan komik Jaka Tingkir
sebagai media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III sekolah dasar di
Kabupaten Boyolali. Komik yang akan dihasilkan nantinya akan menjadi sebuah
media pembelajaran membaca cerita, sekaligus sebagai media untuk mengenalkan
cerita rakyat Jaka Tingkir bagi siswa sekolah dasar.
1.4 Rumusan
Masalah
Berdasar
pada latar belakang yang
telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana mewujudkan
kebutuhan siswa dalam upaya meningkatkan minat baca mereka melalui model komik Jaka Tingkir sebagai media pembelajaran
membaca cerita siswa kelas III di Kabupaten Boyolali?
1.5 Tujuan
Penelitian
Berdasar pada
rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mewujudkan kebutuhan
siswa dalam upaya meningkatkan minat baca mereka dengan mengembangkan komik Jaka Tingkir sebagai media pembelajaran
membaca cerita siswa kelas III di Kabupaten Boyolali.
1.6 Manfaat
Penelitian
Hasil dari
penelitian ini diharapkan akan bermanfaat secara teoretis maupun praktis.
Manfaat Teoretis:
1) Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat dalam pengembangan cerita rakyat khususnya berbahasa Jawa.
2) Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memperkaya kajian tentang pembelajaran cerita rakyat yang sudah ada.
3) Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan keilmuan bahasa Jawa dalam mengembangkan
media pembelajaran.
Manfaat Praktis :
1)
Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah
dalam memahami materi membaca cerita untuk siswa sekolah dasar.
2)
Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sebagai media yang dapat memotivasi dalam pembelajaran membaca cerita sekaligus
untuk mengapresiasi sebuah cerita rakyat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian bermula dari sebuah masalah
yang perlu ditelusuri penyebab dan solusinya. Penelitian dapat dilakukan
melalui pengamatan terhadap hasil penelitian sebelumnya. Tinjauan terhadap
hasil penelitan yang telah ada berfungsi untuk mengetahui relevansi dengan
penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu dan jurnal
internasional yang relevan dan menunjang penelitian ini antara lain telah
dilakukan oleh Naila Farha (2012) dan jurnal internasional milik Andrew S.
Latham (2012), Jenkins (2002), Lourdi,
Papatheodoru serta Nikolaidou (2006).
Farha, Naila (2012) penelitianya yang berjudul “Suksesi dalam Babad Jaka Tingkir” Penelitian
tersebut menguak tentang kepemimpinan dan pola suksesi dalam babad Jaka Tingkir
dengan menghadirkan pola-pola kepemimpinan zaman kerajaan yang merupkan simpul
kuasa dalam ruang imajinasi manusia Jawa. Persamaan penelitian ini terdapat
pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji cerita rakyat Jaka Tingkir. Perbedaan
terdapat pada metode penelitian yang digunakan yaitu dialectic sedangkan penelitian ini menggunakan metode research and development.
Penelitian ini juga menggunakan
jurnal internasional karya Andrew S. Latham (2012) dalam penelitianya yang
berjudul “Comic Book VS Greek Mythologi:
The Ultimate Crossover For The Classical Scholar” penelitian ini
dilatarbelakangi sebuah persamaan yang kuat antara komik dan cerita mitos yang
berkembang di masyarakat. Cerita dalam
komik yang dibuat pada jaman sekarang tidak dapat menjadi sebuah mitos, seperti
halnya cerita yang berkembang di masa lampau yang dianggap benar-benar terjadi
dalam kehidupan nyata sedangkan tidak ada bukti yang kuat untuk menunjukan
faktanya.
Penelitian
Andrew dan penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaanya yaitu
sama-sama mengkaji sebuah komik dan sebuah mitos atau cerita rakyat.
Perbedaanya, jika Andrew mengkaji karakteristik sebuah komik dan sebuah mitos
sedangkan penelitian ini mengkaji cerita rakyat dan kemudian disusun dalam
sebuah buku komik.
Jurnal
internasional Jenkins
berjudul “Adult Agendas in Publishing South African Folktales for Children” dalam
jurnalnya, Jenkins menjelaskan
tentang penerbitan cerita rakyat yang digunakan sebagai upaya pengenalan cerita
rakyat untuk anak-anak di Afrika Selatan. Jenkins menjadikan
anak-anak non
akademis sebagai objek utamanya, sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada siswa kelas III sekolah dasar di
Kabupaten Boyolali sebagai objek peneltian. Penelitian Jenkins juga
memiliki persamaan
dengan penelitian ini. Persamaan tersebut adalah pada objek yang dikaji yakni mengenai cerita rakyat.
Jurnal
internasional
lain yang
dijadikan kajian pustaka yaitu jurnal Lourdi, Papatheodoru, dan Nikolaidou dengan judul “A Multi-layer Metadata Schema for Digital Folklore Collections” Lourdi, Papatheodoru, dan Nikolaidou menghasilkan koleksi cerita rakyat yang dibuat dalam bentuk digital dengan
skema metadata. Penelitian tersebut memiliki tujuan agar cerita rakyat di negara Yunani tidak
mudah dilupakan oleh generasi muda, maka dari itu mereka berusaha membuat
kumpulan cerita rakyat yang tepat untuk digunakan di zaman sekarang dengan
teknologi skema metadata yakni cerita rakyat tersebut didata secara terstruktur, ditandai dengan kode
agar dapat diproses oleh komputer, dideskripsikan dengan ciri-ciri satuan-satuan pembawa
informasi tentang
cerita rakyat tersebut.
Jurnal Lourdi, Papatheodoru dan Nikolaidou tersebut memiliki persamaan dengan
penelitian ini,
yaitu pada objek kajian
cerita rakyat dengan bertujuan
agar cerita rakyat dikenal serta tidak hilang di dalam masyarakatnya. Adapun
perbedaan kedua penelitian terletak pada produk yang dihasilkan. Pada jurnal Lourdi, Papatheodoru, dan
Nikolaidou produk yang dihasilkan berupa skema metadata dan cerita rakyat
berbentuk digital, sedangkan pada penelitian ini akan menghasilkan produk berupa
cerita rakyat dalam bentuk komik.
2.2 Minat
Broughton (Badawi 1955:9) menyebutkan bahwa minat dapat
diartikan sebagai kecenderungan yang dimiliki seseorang untuk mengerjakan atau mencapai tujuan tertentu
bergantung pada luas sempitnya wawasan seseorang, banyak sedikitnya kebutuhan
hidup. Menurut pendapat tersebut minat dapat diartikan sebagai kecenderungan
hati yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu kegiatan dengan tujuan agar
dapat memenuhi kebutuhanya. Rahman (Sumadi 1987:14) menyebutkan bahwa minat
adalah perasaan suka yang berhubungan suatu reaksi terhadap sesuatu khusus atau
siatuasi tertentu. Menurut berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
minat adalah kecenderungan hati yang tinggi untuk memusatkan perhatian atau
kegiatan terhadap suatu subjek.
2.3 Membaca
Menurut sudut pandang linguistik membaca dapat diartikan
sebagai suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (Tarigan, 2008:3)
Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita gunakan untuk
mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang
tulisan.
Crawley dan Mountain menyatakan bahwa
membaca merupakan suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Menurut pandangan tersebut, membaca sebagai
proses visual ialah membaca berupa proses penerjemahan simbol tulis yang ada
dalam bacaan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup ranah pengenalan kata,
pemahaman literal, dan interpretasi (Rahim, 2009:2). Adapun membaca sebagai
proses psikolinguistik berarti membaca untuk membangun makna kemudian
mengkomunikasikan serta menginterpretasikan pesan-pesan yang terkandung dalam
bacaan.
Beberapa pengertian diatas ada satu kata kunci yang sama
yaitu penerjemahan simbol atau lambang tulisan ke dalam sebuah makna. Jadi
dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berupa
kegiatan mengucapkan lambang bunyi atau pembacaan sandi yang bertujuan untuk
memperoleh pesan yang terkandung dalam bacaan atau tulisan.
2.3.1 Tujuan Membaca
Tujuan membaca
adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami
makna bacaan. Anderson mengemukakan beberapa tujuan membaca sebagai berikut (Tarigan,
2008:9).
1. Membaca untuk menemukan atau
mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh, apa yang
telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-masalah yang
dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh
perician-perincian.
2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal
itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,
apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh dan merangkumkan hal-hal yang
dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuanya. Membaca seperti ini disebut
membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
3. Membaca untuk menemukan atau
mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi
mula-mula pertama, kedua dan ketiga atau seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk
memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian dramatisasi. Ini disebut
membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.
4. Membaca untuk menemukan serta
mengetahui mengapa para tokoh merasakan cara mereka itu, apa yang hendak
diperlihatkan oleh sang pengarang kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah,
kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang mebuat mereka berhasil atau gagal.
Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.
5. Membaca untuk menemukan serta
mengatahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh. Apa
yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini
disebut membaca untuk mengelompokkan atau membaca untuk mengklasifikasikan.
6. Membaca untuk menemukan apakah sang
tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah ingin berbuat
seperti yang diperbuat sang tokoh atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja
dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.
7. Membaca untuk menemukan bagaimana
caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berubah, bagaimana hidupnya
berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan,
bagaimana yang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan.
Tujuan membaca
menurut subyakto dan Nababan (1993:164) adalah sebagi berikut.
1. Untuk memahami isi atau pesan yang
terkandung dalam satu bacaan seefisien mungkin.
2. Untuk mencari informasi: (a)
kognitif dan intelektual, yakni digunakan seseorang untuk menambah keilmiahanya
sendiri, (b) referensi dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk
mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini, (c) aktif dan emosional, yakni
yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca.
Tujuan membaca menurut Widyamarta (1992:140) adalah membuat
seseorang menjadi arif dengan alasan: (1) dengan membaca, seseorang menjadi
luas cakrawalanya, (2) dengan membaca buku, pembaca dibawa dalam dunia pikiran
dan renungan, (3) dengan membaca seseoarang menjadi mempesona dan terasa nikmat
dalam tutur katanya.
2.4 Minat Baca
Minat baca adalah hasrat yang kuat dari seseorang baik
disadari maupun tidak disadari yang terpuaskan melalui kegiatan membaca
(Rachman, 1985:11). Tingker (Badawi 1995:16) berpendapat bahwa minat baca
adalah kecenderungan jiwa yang diperoleh secara bertahap untuk merespon secara
selektif, positif disertai rasa puas tehadap hal-hal khusus yang dibaca.
Menurut pendapat Tingker, minat cenderung untuk memberikan antisipasi yang
mengembangkan sesuatu yang bersifat positif.
Nasution (Karyawati 1994:16) mengemukakan bahwa minat baca
adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang menyebabkan
seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya terikat pada kegiatan
tersebut. Menurut Nasution minat baca dapat menimbulkan respon pembaca terhadap
teks yang dibaca, sehingga dapat menetukan proses berlangsungnya membaca itu
sendiri. Sumadi (1987:16) menyebutkan bahwa minat baca adalah kecenderungan
jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap bacaan penambah
pengetahuan. Menurut pendapat Sumadi, minat baca dapat diartikan sebagai
kecenderungan jiwa seseorang untuk melakukan kegiatan membaca. Tujuan melakukan
kegiatan membaca untuk menambah pengetahuan umum. Berbagai pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah perhatian atau kecenderungan hati
seseorang untuk melakukan kegiatan membaca.
Meckel (Rachman 1985:10) membagi minat baca menjadi dua macam
yaitu,
1.
Minat baca spontan
Minat baca spontan tanpa dipengaruhi oleh pihak luar.
Perwujudannya dapat disamakan dengan faktor internal sebagai akibat dari
motivasi intrinsik atau faktor psikologi murid. Motivasi intrinsik adalah
motivasi yang timbul dari inisiatif, kesadaran, dan tujuan pribadi murid
sendiri tanpa dipenagruhi oleh pihak lain atau pihak luar.
2.
Minat baca terpola
Minat terpola yaitu kegiatan membaca yang dilakukan murid
sebagai akibat adanya pengaruh dan kegiatan yang berencana atau terpola
terutama kegiatan belajar mengajar disekolah maupun di luar sekolah.
Perwujudannya sama dengan motivasi ekstrinsik jadi minat baca yang timbul dalam
diri, baik yang tidak mendapat pengaruh dari orang lain maupun yang timbul akibat
pengaruh orang lain.
2.4.1 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Minat Baca
Minat baca seseorang tidak hanya timbul dengan sendirinya,
tetapi juga adanya pengaruh-pengaruh dari luar, tuntutan kebutuhan pembaca,
adanya persaingan antar sesama, tersedianya waktu dan sarana yang diperlukan
oleh pembaca, adanya dorongan dari guru dan adanya hadiah (Muchlisoh, 1990:133).
Dawson (Rachman, 1985:6-9) menyebutkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi minat baca antara lain dapat memenuhi kebutuhan dasar lewat
bahan bacaan, memperoleh manfaat dan kepuasan dari kegiatan membaca,
tersedianya sarana buku bacaan di rumah maupun di sekolah, jumlah dan ragam
bacaan yang disenangi, tersedianya sarana perpustakaan yang lengkap dan
kemudahan proses pinjam, adanya program khusus kurikuler yang memberi
kesempatan murid membaca secara periodik, saran-saran teman sekelas, sikap guru
dalam mengelolah kegiatan belajar mengajar, dan perbedaan jenis kelamin.
Berbagai pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa minat
baca itu tidak hanya timbul dengan sendirinya pada setiap orang tetapi juga karena
adanya pengaruh dari luar diri orang tersebut. Terutama minat baca pada
anak-anak. Seperti halnya minat baca pada anak perlu dirangsang dan ditimbulkan
serta ditumbukan, agar nantinya membaca menjadi suatu kebiasaan dan kebutuhan
bagi anak.
2.5 Media Pembelajaran
Menurut Gagne dan Briggs media
pembelajran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi
materi pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut maka media adalah berbagai
jenis komponen yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar, karena media dalam penelitian ini mengandung
konsep pembelajaran, maka media disini adalah media pembelajaran.
Media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Arsyad,
2009:4). Media menurut Rohani (1997:3) adalah segala sesuatu yang dapat diindra
yang berfungsi sebagai perantara untuk proses komunikasi.
Secara umum media
pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan
atau keterampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber,
lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan
pembelajaran/pelatihan.
Pendapat-pendapat
di atas banyak memiliki persamaan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
dasarnya media pembelajaran adalah alat penyampai pesan yang dapat merangsang
minat siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media digunakan untuk
menyampaikan pesan berupa informasi yang disusun sedemikian rupa. Ini dilakukan
untuk mengatasi adanya keterbatasan ruang, waktu, kata dan ukuran. Jenis media
sangat beragam, sesuai dengan penggunaan dan tujuanya supaya informasi yang
disampaikan dapat diterima dengan maksimal.
2.5.1 Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media
pembelajaran sangat beragam jenisnya sesuai dengan objek dan materi atau
bahasan yang disampaikan. Media dapat dirancang sendiri oleh guru namun ada
pula yang telah tersedia atau diproduksi oleh pihak lain. Berdasarkan indera
perangsang yang digunakan, media dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu media visual, media audio, media audio-visual
dan multimedia (Asyhar 2012:44). Penjelasan media-media tersebut seperti
berikut.
1. Media Visual
Media visual adalah
media yang melibatkan indra pengelihatan. Terdapat dua pesan dalam media visual
yaitu pesan verbal da non verbal. Media visual menampilkan gambar diam seperti
media cetak berupa foto, lukisan,peta, jurnal dan lain-lain. Media visual dapat
berupa diagram, grafik, poster.
2. Media Audio
Media audio adalah
media yang digunakan dengan hanya
melibatkan indera pendengaran. Pesan dan informasi yang diterima hanya
berupa pesan verbal seperti bahasa lisan, kata-kata dan lain-lain sedangkan
pesan non-verbal dalam bentuk bunyi, seperti musik, bunyi tiruan dan
sebagainya. Contoh media audio yang
umum digunakan adalah tape recorder,
radio dan CD player.
3. Media Audio-visual
Media audio-visual
adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan
pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Contoh
media audio-visual adalah film,
video, program TV dan lain-lain.
4. Multimedia
Multimedia adalah media yang penggunaanya melibatkan
beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau
kegiatan pembelajaran.
2.5.2 Manfaat Media Pembelajaran
Media mempunyai
fungsi dan manfaat tersendiri dalam pembelajaran. Daryanto (2010:5) menyebutkan
fungsi dan manfaat media untuk memperjelas pesan agar tidak telalu verbalis.
Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Arsyad (2009:26) yang menyebutkan
bahwa media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi.
Fungsi dan manfaat media yang lain juga dapat mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, tenaga dan daya indera (Daryanto 2010:5). Pendapat senada juga
disampaikan oleh Arsyad (2009:26) dengan menambahkan beberapa contoh
keterbatasan dalam pembelajaran yang dapat diatasi dengan adanya media. Oleh
karena itu media yang baik harus memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Menyampaikan informasi dalam proses
belajar mengajar.
2. Melengkapi dan memperkaya informasi
dalam kegiatan belajar mengajar.
3. Mendorong motivasi belajar.
4. Menambah variasi dalam penyajian
materi.
5. Menambah pengertian nyata tentang
suatu pengetahuan.
6. Mudah dicerna dan tahan lama dalam
menyerap pesan-pesan atau informasi yang disampaikan sangat membekas dan tidak
mudah lupa.
7. Memungkinkan siswa memilih kegiatan
belajar sesuai dengan kemapuan, bakat dan minatnya.
Apabila semua
fungsi tersebut ada dalam media penunjang yang digunakan dalam pembelajaran,
maka akan menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
2.5.3 Kriteria Pemilihan Media
Pembelajaran
Sebagai seorang guru harus
mengetahui bagaimana memilih kriteria media yang tepat. Kriteria yang paling utama
dalam pemilihan media bahwa media yang digunakan harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Jika tujuan yang akan dicapai besifat
memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Jika
pembelajaran bersifat motorik, maka media film dan video lebih tepat digunakan.
Menurut Munadi
(2008:185-193) ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih
media untuk pembelajaran. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut.
1. Karakteristik siswa
Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa seabagai hasil dari pembawaan dan pengalamanya
sehingga menentukan pola aktifitas siswa. Pengetahuan mengenai karakteristik siswa sangat berguna dalam memilih dan menentukan
pola-pola pengajaran yang lebih baik dan memudahkan dalam pembelajaran. Begitu
pula dengan pemilihan media. Dalam memilih media, guru perlu mengetahui
mengenai karakteristik siswa, sehingga media yang dipilh sesuai dengan
karakteristik siswa.
2. Tujuan pembelajaran
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media adalah
media harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Misalnya, jika tujuan
pembelajaran bersifat memahami isi bacaan, maka media cetak lebih tepat
digunakan.
3. Karakteristik
Segi pengadaan media dibagi menjadi dua. Pertama, media jadi
yaitu media yang sudah menjadi komoditas perdagangan. Walaupun hemat waktu dan
biaya namun dilihat dari kesesuaian dengan tujuan pembelajaran kurang tepat.
Kedua, media rancangan yaitu media yang dirancang secara khusus untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Kedua media ini ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
dalam pengadaan media, yaitu dari segi biaya, ketersediaan waktu, tenaga dan
fasilitas.
2.6 Komik Sebagai Media Pembelajaran
Komik memiliki banyak kegunan sesuai
fungsi dan tujuanya. Sebagai buku bacaan yang bersifat menghibur, komik juga
dapat difungsikan sebagai media dalam kegiatan pembelajaran. Komik tersusun
atas ilustrasi-ilustrasi sebuah alur cerita yang disertai narasi sederhana sehingga
dapat menarik minat baca siswa.
Keunggulan inilah yang dimiliki komik dibandingkan media pembelajaran
lain.
2.6.1 Pengertian Komik
Menurut Will
Eisner 1986 (Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Maharsi 2010:3) mendefinisikan
komik sebagai sequential art, yaitu
susunan gambar dan kata-kata untuk menceritkan sesuatu atau mendramatisasi
suatu ide. Menurut Scott McCloud (Maharsi, 2010:4) mendefinisikan bahwa komik
adalah gambar-gambar dan lambang lain yang terjuksta posisi(bersebelahan,
berdekatan) dalam urutan tertentu yang bertujuan untuk memberikan informasi
untuk mencapai tanggapan estetis dari para pembaca.
Sudjana dan
Rivai (2010 :69) yang mengemukakan bahwa: Media komik adalah media visual yang
membentuk suatu cerita dalam urutan-urutan gambar yang berhubungann erat,
dirancang untuk menghibur pembaca. Komik memiliki nilai pendidikan yang tidak
diragukan, pemakaian yang luas dengan ilustrasi berwarna, alur cerita dengan
ringkas yaitu dengan perwatakan orang realistis menarik semua anak dari
berbagai tingkat usia. Komik merupakan media yang sanggup menarik perhatian
semua orang dari segala usia. Komik memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami,
gambar yang sederhana dan ditambah dengan kata-kata dalam bahasa sehari-hari
membuat komik dapat dibaca oleh semua orang terutama anak-anak.
Komik sebagai
salah satu media visual diyakini merupakan media pembelajaran yang efektif
untuk mengembangkan kreatifitas siswa. Komik merupakan media yang tepat untuk
penyampaian informasi pada anak-anak. Komik juga menggabungkan teks dan gambar
dalam bentuk yang kreatif.
Berbagai
pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa komik merupakan salah satu
media belajar yang dapat digunakan oleh semua orang dengan tingkat yang
berbeda-beda, dikarenakan tampilan yang menarik dan kesederhanaan alur cerita
yang mempermudah pembaca memahami isi dari sebuah bacaan.
2.6.2 Jenis-jenis Komik
Komik dibagi
menjadi 3 macam, yaitu komik karikatur, komik strip dan buku komik.
1. Komik karikatur
Menurut Bonneff 1998 (Maharsi, 2010:16) komik tipe karikatur
adalah komik berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan, protes) atau
politik (sindiran) dapat menimbulkan sebuah arti sehingga pembaca dapat
memahami maksud dan tujuanya atau kadang dijuluki sebagai petuah melalui
gambar.
2. Komik strip
Wijana (Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Maharsi 2010:11) Komik
strip (Strip comics) adalah sebuah
gambar atau rangkaian gambar yang berisi cerita. Komik strip ditulis dan
digambar oleh kartunis dan diterbitkan secara teratur (biasanya harian atau
mingguan) di surat kabar dan di internet. Biasanya terdiri dari 3 higga 6
panel, penyajian isi cerita juga dapat berupa humor/banyolan atau cerita yang
serius dan menarik untuk disimak setiap periode hingga tamat. Contoh komik
strip yang populer di Indonesia di antaranya Benny and Mice yang terbit setiap minggu di harian Kompas.
3. Buku komik
Kusrianto (Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Maharsi 2010:17)
Buku komik (Comic book) adalah komik
yang disajikan dalam bentuk buku yang tidak merupakan bagian dari media cetak
lainya akan tetapi rangkaian gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam
bentuk sebuah buku.
2.6.3 Komik Sebagai Media
Pembelajaran Membaca
Nilai
pendidikan media komik dalam pembelajaran tidak diragukan lagi. Menurut Sudjana
dan Rivai (2002:68) menyatakan bahwa penggunaan media komik dalam proses
pembelajaran dapat menciptakan minat baca para peserta didik, mengefektifkan
proses pembelajaran, meningkatkan minat belajar dan meningkatkan apresiasi.
Penggunaan komik
sebagai media pembelajaran merupakan hal yang tepat untuk membantu siswa dalam
memahami isi bacaan melalui teks dan gambar. Komik dipercaya mampu membantu
siswa dalam berimajinasi dengan adanya ilustrasi yang menggambarkan situasi dan
tokoh. Dengan menggunakan komik cerita rakyat siswa diharapkan dapat dengan
mudah memahami isi cerita dari sebuah cerita rakyat serta mengenal
tokoh-tokohnya melalui gambar yang ada.
Komik sebagai
media komunikasi yang kuat bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi. Komik
memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang
disampaikan dapat dimengerti dengan jelas. Misalnya komik untuk informasi
pendidikan, baik cerita maupun desainya harus dirancang khusus untuk
menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti sebuah pesan harus dapat diterima
dengan jelas, kemudian isi sebuah komik harus memiliki alur cerita yang menarik
bagi pembaca sehingga tidak membuat bosan.
2.6.4. Prinsip-prinsip Desain Komik
Peranan pokok komik sebagai media
pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2002:68) adalah kemampuanya dalam menciptakan minat belajar siswa.
Sebagai media visual, komik dapat berfungsi sebagai mana mestinya yaitu
mengoptimalkan pembelajaran, maka dalam pengembangan komik harus berpegangan
pada beberapa hal sebagai berikut:
a. Bentuk
Pemilihan warna penting untuk diperhatikan agar dapat
membangkitkan minat dan perhatian siswa.
b. Garis
Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur yang
bersifat berurutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa unsur garis ini akan
membantu dalam kejelasan cerita.
c. Tekstur
Tekstur berfungsi untuk menimbulkan kesan halus atau kasar
yang dapat menunjukan unsur penekanan.
d. Warna
Fungsi penggunaan warna adalah untuk memberikan kesan
pemisahan atau penekanan serta membangun keterpaduan dan mempertinggi realitas
objek dan menciptakan respon emosional. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan warna adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan warna khusus.
2. Nilai warna, yakni tingkat ketebalan dan
ketipisan.
3. Intensitas atau kekuatan warna.
Mengembangkan
media yang menggunakan ilustrasi komik penting diperhatikan juga bagian-bagian
dari komik itu sendiri. Menurut Susiani (2006:5) komik mempunyai bagian-bagian
sebagai berikut :
a. Karakter, adalah semua tokoh yang
ada dalam komik.
b. Narasi, adalah kalimat penjelas yang
dikemukakan oleh komikus.
c. Efek suara, adalah efek yang diberikan
pada visualisasi kata atau uraian kalimat yang diucapkan oleh karakternya.
d. Latar belakang, adalah penggambaran
suasana tempat karakter yang sedang dibicarakan oleh komikus.
Langkah-langkah pembuatan komik menurut Susiani (2006:6)
sebagai berikut:
a. Perumusan ide cerita dan pembentukan
karakter, merupakan langkah pembuatan rangkaian cerita.
b. Sketching (pembuatan sketsa), yaitu menuangkan ide cerita dalam media
gambar secara kasar.
c. Inking (penintaan), yaitu penintaan pada goresan pensil sketsa.
d. Coloring (pewarnaan), yakni pemberian warna komik yang dapat
dilakukan baik black and white (hitam
dan putih) maupun dengan full color
(banyak warna)
e. Lattering, yaitu pembuatan teks pada komik.
Melalui
langkah-langkah pembuatan komik tersebut diharapkan dapat menghasilkam media
yang baik sehingga dapat berfungsi maksimal dalam pembelajaran. Komik yang akan
dikembangkan dalam penelitian ini menyajikan permasalahan yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari dan mengandung unsur edukatif. Komik yang dikembangkan
juga disesuaikan dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan.
2.7 Kerangka Berfkir
Membaca buku cerita rakyat merupakan
kegiatan yang dapat menghibur sekaligus menambah pengetahuan dan wawasan
pembacanya. Kegiatan membaca buku cerita rakyat tidak sepenuhnya digemari oleh
siswa sekolah dasar. Masih banyak terdapat siswa yang kurang aktif dalam
mengikuti budaya gemar membaca, terlebih membaca sebuah buku cerita rakyat.
Banyak faktor
yang menyebabkan siswa kurang tertarik untuk membaca buku cerita rakyat, terlebih
buku cerita rakyat yang kental akan budaya yang bersifat kedaerahan. Mulai dari
pengemasan hingga isi cerita yang disajikan menjadi alasan mengapa siswa kurang
tertarik untuk mengenal sebuah cerita rakyat.
Cerita
rakyat Jaka Tingkir merupakan salah
satu cerita rakyat yang patut diapresiasi, karena cerita rakyat tersebut
diangkat dari salah satu kisah awal perkembangan Kerajaan-kerajaan di tanah
Jawa. Cerita rakyat Jaka Tingkir
dapat memberikan motivasi bagi setiap pembacanya. Cerita tersebut terkandung
banyak pelajaran dalam menjalani sebuah kehidupan. Sifat Jaka Tingkir yang ulet
dan pantang menyerah patut ditiru oleh semua orang.
Meningkatkan
minat baca siswa terhadap cerita rakyat Jaka
Tingkir dapat dilakukan dengan cara menyusun sebuah buku cerita rakyat Jaka Tingkir dalam bentuk komik, dengan
harapan supaya siswa lebih tertarik untuk membacanya. Komik merupakan buku
bacaan yang paling tepat untuk menyajikan sebuah cerita rakyat. Melalui komik
pembaca dapat menikmati alur cerita yang disertai ilustrasi berupa gambar,
sehingga jalanya cerita terkesan lebih hidup. Bahasa yang digunakan dalam komik
juga tidak terlalu berat, bahkan cenderung sangat ringan dan sederhana,
sehingga tidak membuat jenuh pembacanya.
Penyusunan komik
cerita rakyat Jaka Tingkir akan
diawali dengan pengumpulan data cerita yaitu melalui wawancara secara langsung
terhadap narasumber. Penyusunan tersebut dilakukan karena cerita rakyat besifat
anonim, dimana bermula dari masyarakat dan penyebaranya dari mulut kemulut.
Tahap selanjutnya menyusun kembali cerita tersebut ke dalam bentuk dialog antar
tokoh dengan narasi yang lebih sederhana dan menggunakan bahasa yang ringan.
Kemudian menyusun sebuah alur gambar ilustrasi yang dapat menggambarkan jalanya
cerita. Tahap terakhir yaitu menyusun cerita
lengkap dengan ilustrasi tersebut kedalam sebuah buku yaitu komik. Media
Komik ini diharapkan dapat menarik minat siswa untuk mengapresiasi sebuah
cerita rakyat, sehingga senantiasa tetap lestari dan dapat dinikmati generasi
penerus kita.
Gambar 2.1
Bagan
Kerangka Berfikir
2.
Kebutuhan Guru
|
1.
Kebutuhan Siswa
|
3.
Pengembangan Media Komik
|
4.
Prototype
|
5.
Uji Ahli
|
6.
Revisi
|
7.
Produk
|
Pengembangan
media pembelajaran membaca cerita dilakukakn melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut.
1. Siswa
membutuhkan media pembelajaran membaca cerita yang menarik.
2. Guru
kekurangan media pembelajaran membaca cerita yang menarik minat baca siswa.
3. Pengembangan
Komik Jaka Tingkir Sebagai Media Pembelajaran Membaca Cerita Siswa Kelas III.
4. Penyusunan
desain produk. Penyusunan ini diawali dengan pengumpulan data berupa cerita
rakyat Jaka Tingkir setelah direkontruksi. Tahap selanjutnya yaitu menyusun
teks tersebut dalam bentuk dialog dan narasi sederhana. Kemudian yaitu menyusun
ilusatrasi cerita sesuai alur dalam
naskah. Tahap terakhir yaitu menyusun naskah dan ilustrasi dalam bentuk
komik.
5. Validasi
oleh ahli, baik dari sudut pandang ahli media dan ahli materi mengenai produk
yang akan dihasilkan.
6. Perbaikan
produk sesuai saran dan masukan ahli.
7. Produk
berupa komik Jaka
Tingkir sebagai media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini
pada pelaksanaanya menggunakan pendekatan Research
and Development (R&D). Sugiyono (2009:407) mendefinisikan penelitian
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Langkah-langkah
dari proses ini disebut sebagai siklus R&D. Sugiyono (2009:409) membagi
siklus R&D dalam sepuluh langkah. Langkah-langkah tersebut adalah (1)
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validitas
produk, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba
pemakaian, (9) revisi produk, (10) produksi masal.
Berdasarkan
siklus R&D yang dikemukakan oleh Sugiyono, peneliti melakukan penyederhanaan
langkah menjadi lima langkah. Langkah ini diambil karena menyesuaikan dengan
kebutuhan penelitian, waktu penelitian dan tujuan penelitian berupa
pengembangan media komik Jaka Tingkir
dalam pembelajaran membaca cerita. Adapun lima langkah penelitian yang akan
dilakukan yaitu,
a. Mengumpulkan Informasi
Langkah pertama yang dilakukan
adalah mengumpulkan informasi. Informasi
awal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah informasi mengenai kebutuhan
media pembelajaran membaca cerita di sekolah dasar Kabupaten Boyolali.
b. Analisis Kebutuhan
Mengumpulkan dan menganalisis data
kebutuhan media untuk pembelajaran membaca cerita di sekolah dasar Kabupaten
Boyolali.
c. Desain Produk
Hasil dari pengumpulan informasi
dirumuskan menjadi rancangan dari produk yang akan dikembangkan. Pengembangan
prototipe diawali dengan menyusun narasi cerita Jaka Tingkir ke dalam bentuk komik, kemudian menyusun rancangan
atau format buku komik Jaka Tingkir untuk siswa kelas III
sekolah dasar, dan hasil akhirnya adalah berupa desain produk baru.
d. Validasi Produk
Validasi produk dilakukan oleh ahli
media dan ahli materi. Validasi produk bertujuan untuk mengetahui kekurangan
yang masih terdapat pada produk.
e. Perbaikan Produk
Setelah mendapatkan masukan dan
penyempurnaan berdasarkan hasil evaluasi para ahli, maka selanjutnya dilakukan
perbaikan produk. Setelah melalui validasi para ahli, maka dapat diketahui
kelemahanya. Kemudian dikurangi dengan cara perbaikan produk. Sehingga produk
memiliki kelayakan untuk menjadi sebuah media pembelajaran membaca cerita.
Rancangan
penelitian tersebut dapat divisualisasikan seperti bagan di bawah ini.
Pengumpulan
Informasi
Mencari sumber pustaka dan hasil
penelitian yang relevan
|
Perbaikan Desain
Memperbaiki kekurangan yang terdapat
dalam produk
|
Desain Produk
Menyusun teks cerita, menyusun
ilustrasi cerita dan menyusun rancangan komik
|
Validasi Desain
Penilaian prototipe oleh ahli media
dan ahli materi
|
Analisis Kebutuhan
Menganalisis kebutuhan media
pembelajaran membaca cerita
|
Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian
3.2 Data dan Sumber Data
Data adalah
segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi (Arikunto 2010:161). Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada
tiga jenis data yaitu, (1) data yang diperloleh dari wawancara guru mata
pelajaran bahasa Jawa, (2) analisis kebutuhan siswa dan guru mengenai media
pembelajaran membaca cerita bagi siswa kelas III SD, (3) analisis uji ahli
media dan ahli materi.
Data pertama
adalah data yang diperoleh dari wawancara guru bahasa Jawa kelas III. Data
hasil wawancara ini berupa keadaan nyata media bahan ajar dan proses
pembelajaran bahasa Jawa yang telah berlangsung selama ini. Data ini digunakan
sebagai bahan awal dalam penyusunan produk, dimana berfungsi untuk menemukan
kendala-kendala yang ada.
Data kedua
diperoleh dari analisis kebutuhan siswa dan kebutuhan guru. Data kedua ini
merupakan data berdasarkan pertanyaan dalam angket yang mengacu pada penjelasan
proses pembelajaran membaca cerita siswa kelas III selama ini dan media
pembelajaran yang dibutuhkan. Data analisis kebutuhan ini digunakan pada
langkah pengumpulan data. Data pertama dan kedua ini digunakan sebagai bahan
dan pedoman untuk pembuatan prototipe media pembelajaran membaca cerita.
Data ketiga
diperoleh dari hasil validasi uji ahli berdasarkan angket penilaian saat
validasi prototipe, dimana ahli media dan ahli materi akan memberikan kritik
dan saran yang membangun untuk penyempurnaan produk.
3.3 Sumber Data
Sumber data
adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto 2010:172). Sumber data
penelitian ini dibagi menjadi tiga jenis. Ketiga data tersebut diperoleh dari:
1. Siswa
Siswa yang menjadi subjek penelitian
adalah siswa kelas III sekolah dasar di Kabupaten Boyolali.
2. Guru
Guru yang menjadi subjek penelitian
ini adalah guru kelas III SD di Kabupaten Boyolali. Guru akan menjadi sumber
informasi mengenai kebutuhan media membaca cerita dalam pembelajaran bahasa
Jawa dan memberikan penilaian serta perbaikan desain media komik Jaka Tingkir.
3. Ahli
Ahli bertindak sebagai penguji
desain media komik. Ahli terdiri dari ahli media dan ahli materi. Ahli yang
bertindak sebagai penguji merupakan pakar dalam bidang pengembangan media dan
sastra.
Tabel
3.2 Jenis Data dan Sumber Data
No
|
Jenis Data
|
Sumber
|
Teknik Pengumpulan Data
|
1
|
Wawancara
|
Guru
|
Pedoman wawancara
|
2
|
Analisis kebutuhan media pembelajaran membaca cerita
|
Guru dan siswa
|
Angket
|
3
|
Data uji ahli
|
Ahli media dan ahli materi
|
Angket
|
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket dan
wawancara. Tenik wawancara ditujukan kepada guru bahasa Jawa kelas III SD. Sedangkan
teknik angket terbagi menjadi dua, yaitu angket kebutuhan dan angket validasi
ahli.
3.4.1 Teknik Wawancara
Teknik wawancara dalam penelitian
ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data informasi yang tepat mengenai
kebutuhan guru akan media pembelajaran membaca cerita. Wawancara yang dilakukan
adalah dengan wawancara terstruktur, yaitu teknik wawancara yang hanya memuat
garis besar dari masalah (Arikunto 2010:207). Wawancara dilakukan setelah guru
mengisi angket kebutuhan guru akan media. Wawancara dilakukan untuk melengkapi
hasil angket kebutuhan guru akan media membaca cerita. Adapun pedoman wawancara
sebagai berikut: (1) pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Jawa dalam
kompetensi dasar membaca cerita, (2) kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan
kurikulum, (3) respon siswa terhadap pembelajaran membaca cerita, (4)
kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran membaca cerita, (5)
usaha penyelesaian masalah yang telah dilakukan dalam pelaksanakan pembelajaran
membaca cerita, (6) peranan media dalam pembelajaran membaca cerita, (7) jenis
media pembelajaran yang paling cocok.
3.4.2 Angket Kebutuhan
Angket kebutuhan
digunakan untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan untuk
menganalisis kebutuhan dalam penyusunan media pembelajaran membaca cerita bagi
siswa kelas III. Angket akan diberikan kepada guru dan siswa untuk mengetahui
desain media yang dibutuhkan.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen
Penelitian
No
|
Data
|
Sumber Data
|
Instrumen
|
1
|
Kebutuha media pembelajaran membaca cerita siswa
kelas III SD
|
|
Angket kebutuhan
|
2
|
Uji ahli media dan uji ahli materi media
pembelajaran membaca cerita siswa kelas III SD
|
|
Angket uji ahli
|
3.4.2.1 Angket kebutuhan siswa
Proses
pembelajaran yang baik adalah berdasarkan pada kebutuhan peserta didik, sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Dengan angket kebutuhan ini
peneliti akan menganalisis kebutuhan dari sudut pandang siswa sebagai subjek
pembelajaran.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Siswa
Aspek
|
Indikator
|
Jumlah Soal
|
Media Pembelajaran
|
|
1
1
|
Pengetahuan dan kebutuhan siswa terhadap cerita
rakyat
|
|
1
1
|
Pengetahuan dan Kebutuhan siswa terhadap buku komik
|
|
1
1
|
Isi media komik
|
|
1
1
|
Total
|
8
|
3.4.2.2 Angket Kebutuhan Guru
Angket kebutuhan
ini ditujukan kepada guru bahasa Jawa kelas III yang bersangkutan untuk
mengetahui kebutuhan media pembelajaran membaca cerita. Angket ini berisi
hal-hal yang berkaitan dengan materi pembuatan bahan ajar, dimana meliputi: (1)
kondisi pembelajaran membaca cerita, (2) isi media pembelajaran membaca cerita,
(3) harapan guru terhadap media pembelajaran yang dibuat.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Guru
Aspek
|
Indikator
|
Jumlah Soal
|
Pembelajaran membaca cerita
|
|
1
1
|
Media pembelajaran
|
|
1
1
|
Isi media pembelajaran
|
|
1
1
1
1
1
|
Harapan guru
|
|
1
|
Total
|
10
|
3.4.2.3 Angket Validasi Ahli
Angket validasi ahli bertujuan untuk
memperoleh informasi dengan validitas setinggi mungkin. Angket ini dapat
digunakan untuk mengetahui kekurangan yang terdapat dalam produk untuk tujuan
revisi, sehingga penyempurnaan produk yang tepat sasaran dapat dicapai dengan
maksimal. Uji validasi ahli dibagi menjadi dua, yaitu uji ahli media dan uji
ahli materi.
3.4.2.3.1 Uji Validasi Ahli Media
Uji validasi ahli media dilaksanakan
setelah prototipe berupa produk jadi telah sesuai dengan kebutuhan siswa dan
guru. Dalam hal ini aspek-aspek yang dinilai oleh ahli berfokus pada tampilan
grafis produk. Dalam instrumen ini, peneliti akan memberikan prototipe produk
berupa buku komik Jaka Tingkir kepada
ahli dan diuji dengan lembar validasi oleh ahli. Sehingga langkah selanjutnya
akan ada perbaikan, apabila tahap vaildasi media produk ini terdapat kesalahan
dan kekurangan. Berikut adalah kisi-kisi angket validasi ahli media.
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Validasi Ahli Media
Aspek
|
Subaspek
|
Jumlah Soal
|
Bentuk komik
|
|
1
1
|
Grafis buku meliputi:
1. sampul
|
|
1
1
1
1
|
2. Isi buku
|
|
1
1
1
1
1
1
1
|
3. Keefektifan media
|
|
1
1
1
|
Total
|
16
|
3.4.2.3.2 Uji Validasi Ahli Materi
Uji validasi ahli materi
dilaksanakan setelah prototipe awal media pembelajaran membaca cerita siswa
kelas III telah tersusun dalam bentuk komik. Dalam instrumen ini, peneliti akan
memberikan protoipe materi kepada ahli dan diuji dengan angket validasi oleh
ahli. Pada langkah selanjutnya adalah perbaikan materi, apabila tahap validasi
materi produk ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Berikut merupakan
kisi-kisi angket validasi ahli materi.
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Angket Validasi Ahli Materi
Aspek
|
Subaspek
|
Jumlah Soal
|
Kesesuaian dengan kurikulum
|
|
1
|
Isi atau Materi
|
|
1
1
1
1
1
1
1
|
Total
|
8
|
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis
data yang digunakan peneliti adalah teknik deskriptif kualitatif. Analisis data
kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, data lapangan dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Tarigan 2012:244). Data yang telah diperoleh
dikelompokan menjadi dua, yaitu (1) data analisis kebutuhan media pembelajaran
membaca cerita bagi guru dan siswa kelas III, (2) data uji ahli sebagai proses
perbaikan dan penguatan media yang dibuat.
3.5.1 Analisis Data Kebutuhan
Teknik yang
digunkan dalam menganalisis data analisis kebutuhan media pembelajaran membaca
cerita bagi siswa kelas III dilakukan dengan beberapa proses seperti berikut.
1. Menganalisis data angket kebutuhan
siswa dan guru.
2. Memfokuskan data angket kebutuhan
siswa dan guru.
3. Merubah data mentah kedalam bentuk
desain media.
Dari data di atas kemudian dikembangkan media komik pembelajaran
membaca cerita bagi siswa kelas III sekolah dasar.
3.5.2 Analisis Data Uji Ahli
Analisis data dilakukan dengan
mengidentifikasi data hasil uji ahli untuk menemukan kelemahan dan saran dari
ahli atas media pembelajaran membaca cerita yang telah dibuat berdasarkan yang
kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang
SD/sederajat. Data kualitatif diperoleh dari angket yang berisi saran atau
masukan dari ahli. Dari analisis data uji ahli yang dikumpulkan, peneliti dapat
menyusun media komik Jaka Tingkir
sebagai media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III di Kabupaten
Boyolali.