Kamis, 03 Juli 2014

Skripsi Pengembangan Media Komik Jaka Tingkir, Oleh Noel Tri. D



 








PENGEMBANGAN KOMIK JAKA TINGKIR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA
SISWA KELAS III DI KABUPATEN BOYOLALI

 


SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan




oleh
Nama          : Noel Tri Darmasto
NIM            : 2601410030
Prodi           : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Jurusan       : Bahasa dan Sastra Jawa




FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014










BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
       Media pembelajaran merupakan alat penunjang dalam proses menyampaikan materi pembelajaran, dengan tujuan materi yang disampaikan dapat diterima siswa dengan maksimal. Media pembelajaran mengandung materi intruksional di kalangan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Proses belajar salah satunya melalui kegiatan membaca, oleh sebab itu menarik minat siswa untuk membaca perlu dilakukan.
Media pembelajaran membaca yang menarik salah satunya adalah komik. Komik menampilkan sebuah cerita yang fokus pada ilustrasi gambar, sebaliknya naskah dalam komik disajikan dengan sederhana, yaitu sebagai pelengkap untuk  menghidupkan jalanya cerita. Cerita yang diangkat dalam sebuah komik tidak hanya berupa cerita fiktif yang berkembang seiring berkembangya kemajuan teknologi, dimana bersifat imajiner atau dengan tujuan menghibur saja. Komik dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk melestarikan sebuah cerita yang kaya akan sejarah dan budaya, salah satunya adalah cerita rakyat. 
       Cerita rakyat bermula dari masyarakat dan ditujukan kepada masyarakat, dengan maksud supaya generasi penerus dapat mengilhami sebuah cerita yang berkembang dimasa lampau kemudian mengapresiasikan pada jaman sekarang. Cerita rakyat dapat diperkenalkkan semenjak dini, dengan tujuan supaya adat istiadat serta budaya yang terkandung dalam cerita dapat tertanam sejak dini di setiap pribadi yang mengenalnya. Cerita rakyat dapat diperkenalkan pada dunia pendidikan, terutama bagi siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar dipilih dengan maksud usia siswa sekolah dasar merupakan usia dini, sehingga sangat tepat untuk menerima sebuah karya sastra yang kaya akan pendidikan. Faktor lain yaitu instansi pendidikan dipilih karena dalam dunia pendidikan cerita rakyat dapat diakses dengan mudah serta dapat diperkenalkan secara maksimal dibandingkan melalui instansi non pendidikan.
       Media untuk mengenalkan cerita rakyat yang terlalu monoton, serta kurang berimprovisasi pada karakteristik siswa yang lebih menyukai cerita dengan ilustrasi dibandingkan cerita yang hanya disajikan dalam bentuk teks dapat mengurangi minat siswa untuk mengenal sebuah cerita rakyat. Cerita rakyat yang melegenda di Kabupaten Boyolali salah satunya adalah cerita rakyat Jaka Tingkir. 
       Jaka Tingkir merupakan salah satu cerita rakyat yang dapat diapresiasi. Tokoh Jaka Tingkir pantas dikenal di kalangan siswa sekolah dasar, terlebih semenjak dini dalam dunia pendidikan mereka. Sifat Jaka Tingkir yang ulet dapat dijadikan sebuah motivasi serta teladan dalam kehidupan.
       Cerita rakyat Jaka Tingkir mengisahkan seorang pemuda dari Desa Tingkir yang memiliki keinginan untuk mengabdi di kerajaan Demak. Jaka Tingkir adalah anak angkat Ki Ageng Tingkir, kedua orang tuanya telah meninggal akibat serangan Kerajaan Demak. Jaka Tingkir memiliki keinginan yang sangat kuat untuk dapat mengabdi pada Kerajaan Demak. Jaka Tingkir rajin berguru dan bertapa supaya dapat menggapai keinginanya tersebut. Jalan yang Ia tempuh tidak semudah dengan apa yang Ia kira, Jaka Tingkir mendapat sebuah masalah yang pada akhirnya Ia diusir dari Demak. Jaka Tingkir tidak menyerah begitu saja, Ia berulang kali mencoba berbagai cara untuk dapat mengabdi kembali di Kerajaan Demak. Sifat ulet yang dimiliki Jaka Tingkir inilah yang patut diteladani oleh semua orang.
       Siswa sekolah dasar sudah sepantasnya mengenal sebuah cerita rakyat, karena selain bersifat menghibur juga dapat mengembangkan daya imajinasi. Cerita rakyat akan diminati oleh siswa apabila media yang digunakan dapat menarik minat baca mereka. Salah satu media yang dapat menarik minat baca adalah komik. Buku komik di masyarakat sering dikenal dengan istilah buku bacaan atau buku cerita. Buku ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan menghibur pembaca melalui cerita yang dibawakanya.
       Media pembelajaran cerita rakyat berupa komik sangat bermanfaat bagi pelestarian budaya. Membaca buku komik cerita rakyat akan menambah pengetahuan dan wawasan terhadap cerita yang berkembang pada masa lampau dari suatu daerah. Melalui membaca komik cerita rakyat, adat yang telah ada semenjak dahulu tetap dipegang teguh generasi penerus.
       Komik sebagai salah satu media visual merupakan media pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kreatifitas pembacanya, karena di dalamnya terdapat ilustrasi berupa gambar dari sebuah cerita yang dibawakan. Bahasa yang digunakan dalam sebuah komik juga tidak terlalu berat, sehingga tidak memberikan kesan jenuh bagi pembacanya.
       Penggunaan komik dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Komik dapat digunakan sebagai pengganti media teks bacaan dalam pembelajaran cerita rakyat. Menangkap isi sebuah cerita rakyat, komik membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan media teks, sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien.
       Uraian tersebut menunjukan bahwa dibutuhkan media yang dapat memotivasi siswa sekolah dasar dalam mengapresiasi sebuah cerita rakyat. Komik cerita rakyat Jaka Tingkir berbahasa Jawa dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Alasan tesebut dijadikan dasar oleh peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai “Pengembangan Komik Jaka Tingkir Sebagai Media Pembelajaran Membaca Cerita Siswa Kelas III di Kabupaten Boyolali”.

1.2 Identifikasi Masalah
       Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat faktor penghambat dalam pembelajaran membaca cerita siswa sekolah dasar. Faktor tersebut berasal dari media yang digunakan guru di dalam pembelajaran membaca cerita kurang menarik minat baca siswa, sehingga perlu dikembangkan media yang dapat memotivasi siswa untuk membaca.
       Guru pada umumnya masih menggunakan media teks dalam pembelajaran membaca cerita. Media teks kurang menarik bagi ukuran siswa sekolah dasar, sehingga dapat berpengaruh pada lemahnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru membutuhkan media yang dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran membaca cerita.


1.3 Pembatasan Masalah
       Berdasarkan identifikasi masalah, untuk mewujudkan kebutuhan siswa akan media yang dapat meningkatkan minat baca, maka penulis membatasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian yaitu pengembangan komik Jaka Tingkir sebagai media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III sekolah dasar di Kabupaten Boyolali. Komik yang akan dihasilkan nantinya akan menjadi sebuah media pembelajaran membaca cerita, sekaligus sebagai media untuk mengenalkan cerita rakyat Jaka Tingkir bagi siswa sekolah dasar.

1.4 Rumusan Masalah
       Berdasar pada latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana mewujudkan kebutuhan siswa dalam upaya meningkatkan minat baca mereka melalui model komik Jaka Tingkir sebagai media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III di Kabupaten Boyolali?

1.5 Tujuan Penelitian
       Berdasar pada rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mewujudkan kebutuhan siswa dalam upaya meningkatkan minat baca mereka dengan mengembangkan komik Jaka Tingkir sebagai media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III di Kabupaten Boyolali.



1.6 Manfaat Penelitian
       Hasil dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat secara teoretis maupun praktis.
Manfaat Teoretis:
1)      Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan cerita rakyat khususnya berbahasa Jawa.
2)      Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang pembelajaran cerita rakyat yang sudah ada.
3)      Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan keilmuan bahasa Jawa dalam mengembangkan media pembelajaran.

Manfaat Praktis :
1)      Bagi siswa hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah dalam memahami materi membaca cerita untuk siswa sekolah dasar.
2)      Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai media yang dapat memotivasi dalam pembelajaran membaca cerita sekaligus untuk mengapresiasi sebuah cerita rakyat.







BAB II
 KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1 Kajian Pustaka
       Penelitian bermula dari sebuah masalah yang perlu ditelusuri penyebab dan solusinya. Penelitian dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap hasil penelitian sebelumnya. Tinjauan terhadap hasil penelitan yang telah ada berfungsi untuk mengetahui relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu dan jurnal internasional yang relevan dan menunjang penelitian ini antara lain telah dilakukan oleh Naila Farha (2012) dan jurnal internasional milik Andrew S. Latham (2012), Jenkins (2002), Lourdi, Papatheodoru serta Nikolaidou (2006).
Farha, Naila (2012) penelitianya yang berjudul “Suksesi dalam Babad Jaka Tingkir” Penelitian tersebut menguak tentang kepemimpinan dan pola suksesi dalam babad Jaka Tingkir dengan menghadirkan pola-pola kepemimpinan zaman kerajaan yang merupkan simpul kuasa dalam ruang imajinasi manusia Jawa. Persamaan penelitian ini terdapat pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji cerita rakyat Jaka Tingkir. Perbedaan terdapat pada metode penelitian yang digunakan yaitu dialectic sedangkan penelitian ini menggunakan metode research and development. 
Penelitian ini juga menggunakan jurnal internasional karya Andrew S. Latham (2012) dalam penelitianya yang berjudul “Comic Book VS Greek Mythologi: The Ultimate Crossover For The Classical Scholar” penelitian ini dilatarbelakangi sebuah persamaan yang kuat antara komik dan cerita mitos yang berkembang di masyarakat.  Cerita dalam komik yang dibuat pada jaman sekarang tidak dapat menjadi sebuah mitos, seperti halnya cerita yang berkembang di masa lampau yang dianggap benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata sedangkan tidak ada bukti yang kuat untuk menunjukan faktanya.
       Penelitian Andrew dan penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaanya yaitu sama-sama mengkaji sebuah komik dan sebuah mitos atau cerita rakyat. Perbedaanya, jika Andrew mengkaji karakteristik sebuah komik dan sebuah mitos sedangkan penelitian ini mengkaji cerita rakyat dan kemudian disusun dalam sebuah buku komik.
       Jurnal internasional Jenkins berjudul “Adult Agendas in Publishing South African Folktales for Children” dalam jurnalnya, Jenkins menjelaskan tentang penerbitan cerita rakyat yang digunakan sebagai upaya pengenalan cerita rakyat untuk anak-anak di Afrika Selatan. Jenkins menjadikan anak-anak non akademis sebagai objek utamanya, sedangkan dalam penelitian ini terfokus pada siswa kelas III sekolah dasar di Kabupaten Boyolali sebagai objek peneltian. Penelitian Jenkins juga memiliki persamaan dengan penelitian ini. Persamaan tersebut adalah pada objek yang dikaji yakni mengenai cerita rakyat.
       Jurnal internasional lain yang dijadikan kajian pustaka yaitu jurnal Lourdi, Papatheodoru, dan Nikolaidou dengan judul “A Multi-layer Metadata Schema for Digital Folklore Collections” Lourdi, Papatheodoru, dan Nikolaidou menghasilkan koleksi cerita rakyat yang dibuat dalam bentuk digital dengan skema metadata. Penelitian tersebut memiliki tujuan agar cerita rakyat di negara Yunani tidak mudah dilupakan oleh generasi muda, maka dari itu mereka berusaha membuat kumpulan cerita rakyat yang tepat untuk digunakan di zaman sekarang dengan teknologi skema metadata yakni cerita rakyat tersebut didata secara terstruktur, ditandai dengan kode agar dapat diproses oleh komputer, dideskripsikan dengan ciri-ciri satuan-satuan pembawa informasi tentang cerita rakyat tersebut.
Jurnal Lourdi, Papatheodoru dan Nikolaidou tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini, yaitu pada objek kajian cerita rakyat dengan bertujuan agar cerita rakyat dikenal serta tidak hilang di dalam masyarakatnya. Adapun perbedaan kedua penelitian terletak pada produk yang dihasilkan. Pada jurnal Lourdi, Papatheodoru, dan Nikolaidou produk yang dihasilkan berupa skema metadata dan cerita rakyat berbentuk digital, sedangkan pada penelitian ini akan menghasilkan produk berupa cerita rakyat dalam bentuk komik.

2.2 Minat
Broughton (Badawi 1955:9) menyebutkan bahwa minat dapat diartikan sebagai kecenderungan yang dimiliki seseorang untuk  mengerjakan atau mencapai tujuan tertentu bergantung pada luas sempitnya wawasan seseorang, banyak sedikitnya kebutuhan hidup. Menurut pendapat tersebut minat dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu kegiatan dengan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhanya. Rahman (Sumadi 1987:14) menyebutkan bahwa minat adalah perasaan suka yang berhubungan suatu reaksi terhadap sesuatu khusus atau siatuasi tertentu. Menurut berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan hati yang tinggi untuk memusatkan perhatian atau kegiatan terhadap suatu subjek.

2.3 Membaca
Menurut sudut pandang linguistik membaca dapat diartikan sebagai suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (Tarigan, 2008:3) Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita gunakan untuk mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tulisan.
       Crawley dan Mountain menyatakan bahwa membaca merupakan suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Menurut pandangan tersebut, membaca sebagai proses visual ialah membaca berupa proses penerjemahan simbol tulis yang ada dalam bacaan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup ranah pengenalan kata, pemahaman literal, dan interpretasi (Rahim, 2009:2). Adapun membaca sebagai proses psikolinguistik berarti membaca untuk membangun makna kemudian mengkomunikasikan serta menginterpretasikan pesan-pesan yang terkandung dalam bacaan.
Beberapa pengertian diatas ada satu kata kunci yang sama yaitu penerjemahan simbol atau lambang tulisan ke dalam sebuah makna. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berupa kegiatan mengucapkan lambang bunyi atau pembacaan sandi yang bertujuan untuk memperoleh pesan yang terkandung dalam bacaan atau tulisan.
2.3.1 Tujuan Membaca
       Tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Anderson mengemukakan beberapa tujuan membaca sebagai berikut (Tarigan, 2008:9).
1.    Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perician-perincian.
2.    Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuanya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
3.    Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua dan ketiga atau seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.
4.    Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang mebuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.
5.    Membaca untuk menemukan serta mengatahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh. Apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan atau membaca untuk mengklasifikasikan.
6.    Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah ingin berbuat seperti yang diperbuat sang tokoh atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.
7.    Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana yang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.

       Tujuan membaca menurut subyakto dan Nababan (1993:164) adalah sebagi berikut.
1.    Untuk memahami isi atau pesan yang terkandung dalam satu bacaan seefisien mungkin.
2.    Untuk mencari informasi: (a) kognitif dan intelektual, yakni digunakan seseorang untuk menambah keilmiahanya sendiri, (b) referensi dan faktual, yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini, (c) aktif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca.
Tujuan membaca menurut Widyamarta (1992:140) adalah membuat seseorang menjadi arif dengan alasan: (1) dengan membaca, seseorang menjadi luas cakrawalanya, (2) dengan membaca buku, pembaca dibawa dalam dunia pikiran dan renungan, (3) dengan membaca seseoarang menjadi mempesona dan terasa nikmat dalam tutur katanya.

2.4 Minat Baca
Minat baca adalah hasrat yang kuat dari seseorang baik disadari maupun tidak disadari yang terpuaskan melalui kegiatan membaca (Rachman, 1985:11). Tingker (Badawi 1995:16) berpendapat bahwa minat baca adalah kecenderungan jiwa yang diperoleh secara bertahap untuk merespon secara selektif, positif disertai rasa puas tehadap hal-hal khusus yang dibaca. Menurut pendapat Tingker, minat cenderung untuk memberikan antisipasi yang mengembangkan sesuatu yang bersifat positif.
Nasution (Karyawati 1994:16) mengemukakan bahwa minat baca adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya terikat pada kegiatan tersebut. Menurut Nasution minat baca dapat menimbulkan respon pembaca terhadap teks yang dibaca, sehingga dapat menetukan proses berlangsungnya membaca itu sendiri. Sumadi (1987:16) menyebutkan bahwa minat baca adalah kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap bacaan penambah pengetahuan. Menurut pendapat Sumadi, minat baca dapat diartikan sebagai kecenderungan jiwa seseorang untuk melakukan kegiatan membaca. Tujuan melakukan kegiatan membaca untuk menambah pengetahuan umum. Berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat baca adalah perhatian atau kecenderungan hati seseorang untuk melakukan kegiatan membaca.
Meckel (Rachman 1985:10) membagi minat baca menjadi dua macam yaitu,
1.        Minat baca spontan
Minat baca spontan tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Perwujudannya dapat disamakan dengan faktor internal sebagai akibat dari motivasi intrinsik atau faktor psikologi murid. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari inisiatif, kesadaran, dan tujuan pribadi murid sendiri tanpa dipenagruhi oleh pihak lain atau pihak luar.
2.        Minat baca terpola
Minat terpola yaitu kegiatan membaca yang dilakukan murid sebagai akibat adanya pengaruh dan kegiatan yang berencana atau terpola terutama kegiatan belajar mengajar disekolah maupun di luar sekolah. Perwujudannya sama dengan motivasi ekstrinsik jadi minat baca yang timbul dalam diri, baik yang tidak mendapat pengaruh dari orang lain maupun yang timbul akibat pengaruh orang lain.

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
Minat baca seseorang tidak hanya timbul dengan sendirinya, tetapi juga adanya pengaruh-pengaruh dari luar, tuntutan kebutuhan pembaca, adanya persaingan antar sesama, tersedianya waktu dan sarana yang diperlukan oleh pembaca, adanya dorongan dari guru dan adanya hadiah (Muchlisoh, 1990:133).
Dawson (Rachman, 1985:6-9) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi minat baca antara lain dapat memenuhi kebutuhan dasar lewat bahan bacaan, memperoleh manfaat dan kepuasan dari kegiatan membaca, tersedianya sarana buku bacaan di rumah maupun di sekolah, jumlah dan ragam bacaan yang disenangi, tersedianya sarana perpustakaan yang lengkap dan kemudahan proses pinjam, adanya program khusus kurikuler yang memberi kesempatan murid membaca secara periodik, saran-saran teman sekelas, sikap guru dalam mengelolah kegiatan belajar mengajar, dan perbedaan jenis kelamin.
Berbagai pertanyaan tersebut dapat disimpulkan bahwa minat baca itu tidak hanya timbul dengan sendirinya pada setiap orang tetapi juga karena adanya pengaruh dari luar diri orang tersebut. Terutama minat baca pada anak-anak. Seperti halnya minat baca pada anak perlu dirangsang dan ditimbulkan serta ditumbukan, agar nantinya membaca menjadi suatu kebiasaan dan kebutuhan bagi anak.

2.5 Media Pembelajaran
       Menurut Gagne dan Briggs media pembelajran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut maka media adalah berbagai jenis komponen yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, karena media dalam penelitian ini mengandung konsep pembelajaran, maka media disini adalah media pembelajaran.
       Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Arsyad, 2009:4). Media menurut Rohani (1997:3) adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara untuk proses komunikasi.
       Secara umum media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/pelatihan.
       Pendapat-pendapat di atas banyak memiliki persamaan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya media pembelajaran adalah alat penyampai pesan yang dapat merangsang minat siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media digunakan untuk menyampaikan pesan berupa informasi yang disusun sedemikian rupa. Ini dilakukan untuk mengatasi adanya keterbatasan ruang, waktu, kata dan ukuran. Jenis media sangat beragam, sesuai dengan penggunaan dan tujuanya supaya informasi yang disampaikan dapat diterima dengan maksimal.    

2.5.1 Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat beragam jenisnya sesuai dengan objek dan materi atau bahasan yang disampaikan. Media dapat dirancang sendiri oleh guru namun ada pula yang telah tersedia atau diproduksi oleh pihak lain. Berdasarkan indera perangsang yang digunakan, media dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu media visual, media audio, media audio-visual dan multimedia (Asyhar 2012:44). Penjelasan media-media tersebut seperti berikut.
1.    Media Visual
Media visual adalah media yang melibatkan indra pengelihatan. Terdapat dua pesan dalam media visual yaitu pesan verbal da non verbal. Media visual menampilkan gambar diam seperti media cetak berupa foto, lukisan,peta, jurnal dan lain-lain. Media visual dapat berupa diagram, grafik, poster.
2.    Media Audio
Media audio adalah media yang digunakan dengan hanya  melibatkan indera pendengaran. Pesan dan informasi yang diterima hanya berupa pesan verbal seperti bahasa lisan, kata-kata dan lain-lain sedangkan pesan non-verbal dalam bentuk bunyi, seperti musik, bunyi tiruan dan sebagainya. Contoh media audio yang umum digunakan adalah tape recorder, radio dan CD player.
3.    Media Audio-visual
Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Contoh media audio-visual adalah film, video, program TV dan lain-lain.
4.    Multimedia
Multimedia adalah media yang penggunaanya melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran.

2.5.2 Manfaat Media Pembelajaran
       Media mempunyai fungsi dan manfaat tersendiri dalam pembelajaran. Daryanto (2010:5) menyebutkan fungsi dan manfaat media untuk memperjelas pesan agar tidak telalu verbalis. Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat Arsyad (2009:26) yang menyebutkan bahwa media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi. Fungsi dan manfaat media yang lain juga dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera (Daryanto 2010:5). Pendapat senada juga disampaikan oleh Arsyad (2009:26) dengan menambahkan beberapa contoh keterbatasan dalam pembelajaran yang dapat diatasi dengan adanya media. Oleh karena itu media yang baik harus memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.    Menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar.
2.    Melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar.
3.    Mendorong motivasi belajar.
4.    Menambah variasi dalam penyajian materi.
5.    Menambah pengertian nyata tentang suatu pengetahuan.
6.    Mudah dicerna dan tahan lama dalam menyerap pesan-pesan atau informasi yang disampaikan sangat membekas dan tidak mudah lupa.
7.    Memungkinkan siswa memilih kegiatan belajar sesuai dengan kemapuan, bakat dan minatnya.
       Apabila semua fungsi tersebut ada dalam media penunjang yang digunakan dalam pembelajaran, maka akan menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

2.5.3 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
       Sebagai seorang guru harus mengetahui bagaimana memilih kriteria media yang tepat. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Jika tujuan yang akan dicapai besifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Jika pembelajaran bersifat motorik, maka media film dan video lebih tepat digunakan.
       Menurut Munadi (2008:185-193) ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media untuk pembelajaran. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Karakteristik siswa
Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa seabagai hasil dari pembawaan dan pengalamanya sehingga menentukan pola aktifitas siswa. Pengetahuan  mengenai karakteristik siswa  sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik dan memudahkan dalam pembelajaran. Begitu pula dengan pemilihan media. Dalam memilih media, guru perlu mengetahui mengenai karakteristik siswa, sehingga media yang dipilh sesuai dengan karakteristik siswa.
2.    Tujuan pembelajaran
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media adalah media harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Misalnya, jika tujuan pembelajaran bersifat memahami isi bacaan, maka media cetak lebih tepat digunakan.
3.    Karakteristik
Segi pengadaan media dibagi menjadi dua. Pertama, media jadi yaitu media yang sudah menjadi komoditas perdagangan. Walaupun hemat waktu dan biaya namun dilihat dari kesesuaian dengan tujuan pembelajaran kurang tepat. Kedua, media rancangan yaitu media yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kedua media ini ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengadaan media, yaitu dari segi biaya, ketersediaan waktu, tenaga dan fasilitas.

2.6 Komik Sebagai Media Pembelajaran
       Komik memiliki banyak kegunan sesuai fungsi dan tujuanya. Sebagai buku bacaan yang bersifat menghibur, komik juga dapat difungsikan sebagai media dalam kegiatan pembelajaran. Komik tersusun atas ilustrasi-ilustrasi sebuah alur cerita yang disertai narasi sederhana sehingga dapat menarik minat baca siswa.  Keunggulan inilah yang dimiliki komik dibandingkan media pembelajaran lain.


2.6.1 Pengertian Komik
       Menurut Will Eisner 1986 (Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Maharsi 2010:3) mendefinisikan komik sebagai sequential art, yaitu susunan gambar dan kata-kata untuk menceritkan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide. Menurut Scott McCloud (Maharsi, 2010:4) mendefinisikan bahwa komik adalah gambar-gambar dan lambang lain yang terjuksta posisi(bersebelahan, berdekatan) dalam urutan tertentu yang bertujuan untuk memberikan informasi untuk mencapai tanggapan estetis dari para pembaca.
       Sudjana dan Rivai (2010 :69) yang mengemukakan bahwa: Media komik adalah media visual yang membentuk suatu cerita dalam urutan-urutan gambar yang berhubungann erat, dirancang untuk menghibur pembaca. Komik memiliki nilai pendidikan yang tidak diragukan, pemakaian yang luas dengan ilustrasi berwarna, alur cerita dengan ringkas yaitu dengan perwatakan orang realistis menarik semua anak dari berbagai tingkat usia. Komik merupakan media yang sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia. Komik memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami, gambar yang sederhana dan ditambah dengan kata-kata dalam bahasa sehari-hari membuat komik dapat dibaca oleh semua orang terutama anak-anak.
       Komik sebagai salah satu media visual diyakini merupakan media pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kreatifitas siswa. Komik merupakan media yang tepat untuk penyampaian informasi pada anak-anak. Komik juga menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif.
       Berbagai pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa komik merupakan salah satu media belajar yang dapat digunakan oleh semua orang dengan tingkat yang berbeda-beda, dikarenakan tampilan yang menarik dan kesederhanaan alur cerita yang mempermudah pembaca memahami isi dari sebuah bacaan.

2.6.2 Jenis-jenis Komik
       Komik dibagi menjadi 3 macam, yaitu komik karikatur, komik strip dan buku komik.
1.    Komik karikatur
Menurut Bonneff 1998 (Maharsi, 2010:16) komik tipe karikatur adalah komik berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan, protes) atau politik (sindiran) dapat menimbulkan sebuah arti sehingga pembaca dapat memahami maksud dan tujuanya atau kadang dijuluki sebagai petuah melalui gambar.
2.    Komik strip
Wijana (Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Maharsi 2010:11) Komik strip (Strip comics) adalah sebuah gambar atau rangkaian gambar yang berisi cerita. Komik strip ditulis dan digambar oleh kartunis dan diterbitkan secara teratur (biasanya harian atau mingguan) di surat kabar dan di internet. Biasanya terdiri dari 3 higga 6 panel, penyajian isi cerita juga dapat berupa humor/banyolan atau cerita yang serius dan menarik untuk disimak setiap periode hingga tamat. Contoh komik strip yang populer di Indonesia di antaranya Benny and Mice yang terbit setiap minggu di harian Kompas.
3.    Buku komik
Kusrianto (Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Maharsi 2010:17) Buku komik (Comic book) adalah komik yang disajikan dalam bentuk buku yang tidak merupakan bagian dari media cetak lainya akan tetapi rangkaian gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk sebuah buku.

2.6.3 Komik Sebagai Media Pembelajaran Membaca
Nilai pendidikan media komik dalam pembelajaran tidak diragukan lagi. Menurut Sudjana dan Rivai (2002:68) menyatakan bahwa penggunaan media komik dalam proses pembelajaran dapat menciptakan minat baca para peserta didik, mengefektifkan proses pembelajaran, meningkatkan minat belajar dan meningkatkan apresiasi.
       Penggunaan komik sebagai media pembelajaran merupakan hal yang tepat untuk membantu siswa dalam memahami isi bacaan melalui teks dan gambar. Komik dipercaya mampu membantu siswa dalam berimajinasi dengan adanya ilustrasi yang menggambarkan situasi dan tokoh. Dengan menggunakan komik cerita rakyat siswa diharapkan dapat dengan mudah memahami isi cerita dari sebuah cerita rakyat serta mengenal tokoh-tokohnya melalui gambar yang ada.
       Komik sebagai media komunikasi yang kuat bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi. Komik memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti dengan jelas. Misalnya komik untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun desainya harus dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Inti sebuah pesan harus dapat diterima dengan jelas, kemudian isi sebuah komik harus memiliki alur cerita yang menarik bagi pembaca sehingga tidak membuat bosan.

2.6.4. Prinsip-prinsip Desain Komik
       Peranan pokok komik sebagai media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2002:68) adalah kemampuanya  dalam menciptakan minat belajar siswa. Sebagai media visual, komik dapat berfungsi sebagai mana mestinya yaitu mengoptimalkan pembelajaran, maka dalam pengembangan komik harus berpegangan pada beberapa hal sebagai berikut:
a.    Bentuk
Pemilihan warna penting untuk diperhatikan agar dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa.
b.    Garis
Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur yang bersifat berurutan. Sehingga dapat dikatakan bahwa unsur garis ini akan membantu dalam kejelasan cerita.
c.    Tekstur
Tekstur berfungsi untuk menimbulkan kesan halus atau kasar yang dapat menunjukan unsur penekanan.
d.   Warna
Fungsi penggunaan warna adalah untuk memberikan kesan pemisahan atau penekanan serta membangun keterpaduan dan mempertinggi realitas objek dan menciptakan respon emosional. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan warna adalah sebagai berikut :
1.  Pemilihan warna khusus.
2.  Nilai warna, yakni tingkat ketebalan dan ketipisan.
3.  Intensitas atau kekuatan warna.

       Mengembangkan media yang menggunakan ilustrasi komik penting diperhatikan juga bagian-bagian dari komik itu sendiri. Menurut Susiani (2006:5) komik mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
a.    Karakter, adalah semua tokoh yang ada dalam komik.
b.    Narasi, adalah kalimat penjelas yang dikemukakan oleh komikus.
c.    Efek suara, adalah efek yang diberikan pada visualisasi kata atau uraian kalimat yang diucapkan oleh karakternya.
d.   Latar belakang, adalah penggambaran suasana tempat karakter yang sedang dibicarakan oleh komikus.

Langkah-langkah pembuatan komik menurut Susiani (2006:6) sebagai berikut:
a.    Perumusan ide cerita dan pembentukan karakter, merupakan langkah pembuatan rangkaian cerita.
b.    Sketching (pembuatan sketsa), yaitu menuangkan ide cerita dalam media gambar secara kasar.
c.    Inking (penintaan), yaitu penintaan pada goresan pensil sketsa.
d.   Coloring (pewarnaan), yakni pemberian warna komik yang dapat dilakukan baik black and white (hitam dan putih) maupun dengan full color (banyak warna)
e.    Lattering, yaitu pembuatan teks pada komik.
       Melalui langkah-langkah pembuatan komik tersebut diharapkan dapat menghasilkam media yang baik sehingga dapat berfungsi maksimal dalam pembelajaran. Komik yang akan dikembangkan dalam penelitian ini menyajikan permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan mengandung unsur edukatif. Komik yang dikembangkan juga disesuaikan dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan.     

2.7 Kerangka Berfkir
       Membaca buku cerita rakyat merupakan kegiatan yang dapat menghibur sekaligus menambah pengetahuan dan wawasan pembacanya. Kegiatan membaca buku cerita rakyat tidak sepenuhnya digemari oleh siswa sekolah dasar. Masih banyak terdapat siswa yang kurang aktif dalam mengikuti budaya gemar membaca, terlebih membaca sebuah buku cerita rakyat.
       Banyak faktor yang menyebabkan siswa kurang tertarik untuk membaca buku cerita rakyat, terlebih buku cerita rakyat yang kental akan budaya yang bersifat kedaerahan. Mulai dari pengemasan hingga isi cerita yang disajikan menjadi alasan mengapa siswa kurang tertarik untuk mengenal sebuah cerita rakyat. 
       Cerita rakyat Jaka Tingkir merupakan salah satu cerita rakyat yang patut diapresiasi, karena cerita rakyat tersebut diangkat dari salah satu kisah awal perkembangan Kerajaan-kerajaan di tanah Jawa. Cerita rakyat Jaka Tingkir dapat memberikan motivasi bagi setiap pembacanya. Cerita tersebut terkandung banyak pelajaran dalam menjalani sebuah kehidupan. Sifat Jaka Tingkir yang ulet dan pantang menyerah patut ditiru oleh semua orang.
       Meningkatkan minat baca siswa terhadap cerita rakyat Jaka Tingkir dapat dilakukan dengan cara menyusun sebuah buku cerita rakyat Jaka Tingkir dalam bentuk komik, dengan harapan supaya siswa lebih tertarik untuk membacanya. Komik merupakan buku bacaan yang paling tepat untuk menyajikan sebuah cerita rakyat. Melalui komik pembaca dapat menikmati alur cerita yang disertai ilustrasi berupa gambar, sehingga jalanya cerita terkesan lebih hidup. Bahasa yang digunakan dalam komik juga tidak terlalu berat, bahkan cenderung sangat ringan dan sederhana, sehingga tidak membuat jenuh pembacanya.
       Penyusunan komik cerita rakyat Jaka Tingkir akan diawali dengan pengumpulan data cerita yaitu melalui wawancara secara langsung terhadap narasumber. Penyusunan tersebut dilakukan karena cerita rakyat besifat anonim, dimana bermula dari masyarakat dan penyebaranya dari mulut kemulut. Tahap selanjutnya menyusun kembali cerita tersebut ke dalam bentuk dialog antar tokoh dengan narasi yang lebih sederhana dan menggunakan bahasa yang ringan. Kemudian menyusun sebuah alur gambar ilustrasi yang dapat menggambarkan jalanya cerita. Tahap terakhir yaitu menyusun cerita  lengkap dengan ilustrasi tersebut kedalam sebuah buku yaitu komik. Media Komik ini diharapkan dapat menarik minat siswa untuk mengapresiasi sebuah cerita rakyat, sehingga senantiasa tetap lestari dan dapat dinikmati generasi penerus kita.


Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

2. Kebutuhan Guru
1. Kebutuhan Siswa


3. Pengembangan Media Komik




4. Prototype




5. Uji Ahli




6. Revisi




7. Produk


       Pengembangan media pembelajaran membaca cerita dilakukakn melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
1.      Siswa membutuhkan media pembelajaran membaca cerita yang menarik.
2.      Guru kekurangan media pembelajaran membaca cerita yang menarik minat baca siswa.
3.      Pengembangan Komik Jaka Tingkir Sebagai Media Pembelajaran Membaca Cerita Siswa Kelas III.
4.      Penyusunan desain produk. Penyusunan ini diawali dengan pengumpulan data berupa cerita rakyat Jaka Tingkir setelah direkontruksi. Tahap selanjutnya yaitu menyusun teks tersebut dalam bentuk dialog dan narasi sederhana. Kemudian yaitu menyusun ilusatrasi cerita sesuai alur dalam  naskah. Tahap terakhir yaitu menyusun naskah dan ilustrasi dalam bentuk komik.
5.      Validasi oleh ahli, baik dari sudut pandang ahli media dan ahli materi mengenai produk yang akan dihasilkan.
6.      Perbaikan produk sesuai saran dan masukan ahli.
7.      Produk berupa komik Jaka Tingkir sebagai media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III.











BAB III
 METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
       Penelitian ini pada pelaksanaanya menggunakan pendekatan Research and Development (R&D). Sugiyono (2009:407) mendefinisikan penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
       Langkah-langkah dari proses ini disebut sebagai siklus R&D. Sugiyono (2009:409) membagi siklus R&D dalam sepuluh langkah. Langkah-langkah tersebut adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validitas produk, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10) produksi masal.
       Berdasarkan siklus R&D yang dikemukakan oleh Sugiyono, peneliti melakukan penyederhanaan langkah menjadi lima langkah. Langkah ini diambil karena menyesuaikan dengan kebutuhan penelitian, waktu penelitian dan tujuan penelitian berupa pengembangan media komik Jaka Tingkir dalam pembelajaran membaca cerita. Adapun lima langkah penelitian yang akan dilakukan yaitu,
a.       Mengumpulkan Informasi
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi.  Informasi awal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah informasi mengenai kebutuhan media pembelajaran membaca cerita di sekolah dasar Kabupaten Boyolali.

b.      Analisis Kebutuhan
Mengumpulkan dan menganalisis data kebutuhan media untuk pembelajaran membaca cerita di sekolah dasar Kabupaten Boyolali.
c.       Desain Produk
Hasil dari pengumpulan informasi dirumuskan menjadi rancangan dari produk yang akan dikembangkan. Pengembangan prototipe diawali dengan menyusun narasi cerita Jaka Tingkir ke dalam bentuk komik, kemudian menyusun rancangan atau format buku  komik Jaka Tingkir untuk siswa kelas III sekolah dasar, dan hasil akhirnya adalah berupa desain produk baru.
d.      Validasi Produk
Validasi produk dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. Validasi produk bertujuan untuk mengetahui kekurangan yang masih terdapat pada produk.
e.       Perbaikan Produk
Setelah mendapatkan masukan dan penyempurnaan berdasarkan hasil evaluasi para ahli, maka selanjutnya dilakukan perbaikan produk. Setelah melalui validasi para ahli, maka dapat diketahui kelemahanya. Kemudian dikurangi dengan cara perbaikan produk. Sehingga produk memiliki kelayakan untuk menjadi sebuah media pembelajaran membaca cerita.



       Rancangan penelitian tersebut dapat divisualisasikan seperti bagan di bawah ini.
Pengumpulan Informasi
Mencari sumber pustaka dan hasil penelitian yang relevan

Perbaikan Desain
Memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam produk

Desain Produk
Menyusun teks cerita, menyusun ilustrasi cerita dan menyusun rancangan komik
Validasi Desain
Penilaian prototipe oleh ahli media dan ahli materi
Analisis Kebutuhan
Menganalisis kebutuhan media pembelajaran membaca cerita
 














Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian

3.2 Data dan Sumber Data
       Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Arikunto 2010:161). Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada tiga jenis data yaitu, (1) data yang diperloleh dari wawancara guru mata pelajaran bahasa Jawa, (2) analisis kebutuhan siswa dan guru mengenai media pembelajaran membaca cerita bagi siswa kelas III SD, (3) analisis uji ahli media dan ahli materi.
       Data pertama adalah data yang diperoleh dari wawancara guru bahasa Jawa kelas III. Data hasil wawancara ini berupa keadaan nyata media bahan ajar dan proses pembelajaran bahasa Jawa yang telah berlangsung selama ini. Data ini digunakan sebagai bahan awal dalam penyusunan produk, dimana berfungsi untuk menemukan kendala-kendala yang ada.
       Data kedua diperoleh dari analisis kebutuhan siswa dan kebutuhan guru. Data kedua ini merupakan data berdasarkan pertanyaan dalam angket yang mengacu pada penjelasan proses pembelajaran membaca cerita siswa kelas III selama ini dan media pembelajaran yang dibutuhkan. Data analisis kebutuhan ini digunakan pada langkah pengumpulan data. Data pertama dan kedua ini digunakan sebagai bahan dan pedoman untuk pembuatan prototipe media pembelajaran membaca cerita.
       Data ketiga diperoleh dari hasil validasi uji ahli berdasarkan angket penilaian saat validasi prototipe, dimana ahli media dan ahli materi akan memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan produk.

3.3 Sumber Data
       Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto 2010:172). Sumber data penelitian ini dibagi menjadi tiga jenis. Ketiga data tersebut diperoleh dari:

1.    Siswa
Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III sekolah dasar di Kabupaten Boyolali.
2.    Guru
Guru yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru kelas III SD di Kabupaten Boyolali. Guru akan menjadi sumber informasi mengenai kebutuhan media membaca cerita dalam pembelajaran bahasa Jawa dan memberikan penilaian serta perbaikan desain media komik Jaka Tingkir.
3.    Ahli
Ahli bertindak sebagai penguji desain media komik. Ahli terdiri dari ahli media dan ahli materi. Ahli yang bertindak sebagai penguji merupakan pakar dalam bidang pengembangan media dan sastra.
Tabel 3.2 Jenis Data dan Sumber Data
No
Jenis Data
Sumber
Teknik Pengumpulan Data
1
Wawancara
Guru
Pedoman wawancara
2
Analisis kebutuhan media pembelajaran membaca cerita
Guru dan siswa
Angket
3
Data uji ahli
Ahli media dan ahli materi
Angket



3.4 Teknik Pengumpulan Data
       Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket dan wawancara. Tenik wawancara ditujukan kepada guru bahasa Jawa kelas III SD. Sedangkan teknik angket terbagi menjadi dua, yaitu angket kebutuhan dan angket validasi ahli.

3.4.1 Teknik Wawancara
       Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan peneliti untuk mengumpulkan data informasi yang tepat mengenai kebutuhan guru akan media pembelajaran membaca cerita. Wawancara yang dilakukan adalah dengan wawancara terstruktur, yaitu teknik wawancara yang hanya memuat garis besar dari masalah (Arikunto 2010:207). Wawancara dilakukan setelah guru mengisi angket kebutuhan guru akan media. Wawancara dilakukan untuk melengkapi hasil angket kebutuhan guru akan media membaca cerita. Adapun pedoman wawancara sebagai berikut: (1) pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Jawa dalam kompetensi dasar membaca cerita, (2) kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan kurikulum, (3) respon siswa terhadap pembelajaran membaca cerita, (4) kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran membaca cerita, (5) usaha penyelesaian masalah yang telah dilakukan dalam pelaksanakan pembelajaran membaca cerita, (6) peranan media dalam pembelajaran membaca cerita, (7) jenis media pembelajaran yang paling cocok.


3.4.2 Angket Kebutuhan
       Angket kebutuhan digunakan untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan untuk menganalisis kebutuhan dalam penyusunan media pembelajaran membaca cerita bagi siswa kelas III. Angket akan diberikan kepada guru dan siswa untuk mengetahui desain media yang dibutuhkan.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
No
Data
Sumber Data
Instrumen
1
Kebutuha media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III SD
  • Guru
  • Siswa
Angket kebutuhan
2
Uji ahli media dan uji ahli materi media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III SD
  • Ahli media
  • Ahli materi
Angket uji ahli

3.4.2.1 Angket kebutuhan siswa
       Proses pembelajaran yang baik adalah berdasarkan pada kebutuhan peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Dengan angket kebutuhan ini peneliti akan menganalisis kebutuhan dari sudut pandang siswa sebagai subjek pembelajaran.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Siswa
Aspek
Indikator
Jumlah Soal
Media Pembelajaran
  • Peranan media dalam pembelajaran
  • Kebutuhan siswa terhadap media pembelajaran berbahasa Jawa

1


1
Pengetahuan dan kebutuhan siswa terhadap cerita rakyat
  • Pengetahuan siswa terahadap cerita rakayat
  • Kebutuhan siswa terhadap buku cerita rakyat

1

1
Pengetahuan dan Kebutuhan siswa terhadap buku komik
  • Pengetahuan siswa tentang komik
  • Kebutuhan siswa terhadap komik

1

1
Isi media komik
  • Penggunaan ragam bahasa Jawa yang digunakan dalam komik
  • Durasi media komik
1

1
Total
8

3.4.2.2 Angket Kebutuhan Guru
       Angket kebutuhan ini ditujukan kepada guru bahasa Jawa kelas III yang bersangkutan untuk mengetahui kebutuhan media pembelajaran membaca cerita. Angket ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan materi pembuatan bahan ajar, dimana meliputi: (1) kondisi pembelajaran membaca cerita, (2) isi media pembelajaran membaca cerita, (3) harapan guru terhadap media pembelajaran yang dibuat.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Kebutuhan Guru
Aspek
Indikator
Jumlah Soal
Pembelajaran membaca cerita
  • Kondisi pembelajaran
  • Kendala yang dihadapi
1
1
Media pembelajaran
  • Peranan media dalam pembelajaran
  • Kebutuhan guru terhadap media pembelajaran berbahasa Jawa

1

1
Isi media pembelajaran
  • Pemahaman guru mengenai buku komik sebagai media pembelajaran
  • Pemahaman guru terhadap cerita rakyat
  • Penggunaan ragam bahasa Jawa dalam media pembelajaran
  • Adanya pendidikan karakter pada media pembelajaran
  • Durasi media pembelajaran


1

1


1

1
1
Harapan guru
  • Harapan guru dengan adanya buku komik cerita rakyat sebagai media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III SD




1
Total
10



3.4.2.3 Angket Validasi Ahli
       Angket validasi ahli bertujuan untuk memperoleh informasi dengan validitas setinggi mungkin. Angket ini dapat digunakan untuk mengetahui kekurangan yang terdapat dalam produk untuk tujuan revisi, sehingga penyempurnaan produk yang tepat sasaran dapat dicapai dengan maksimal. Uji validasi ahli dibagi menjadi dua, yaitu uji ahli media dan uji ahli materi.

3.4.2.3.1 Uji Validasi Ahli Media
       Uji validasi ahli media dilaksanakan setelah prototipe berupa produk jadi telah sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Dalam hal ini aspek-aspek yang dinilai oleh ahli berfokus pada tampilan grafis produk. Dalam instrumen ini, peneliti akan memberikan prototipe produk berupa buku komik Jaka Tingkir kepada ahli dan diuji dengan lembar validasi oleh ahli. Sehingga langkah selanjutnya akan ada perbaikan, apabila tahap vaildasi media produk ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Berikut adalah kisi-kisi angket validasi ahli media.
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Angket Validasi Ahli Media
Aspek
Subaspek
Jumlah Soal
Bentuk komik
  • Ukuran buku
  • Tebal buku
1
1
Grafis buku meliputi:
1. sampul

  • Kesesuaian warna
  • Ukuran dan kreativitas penulisan judul
  • Ilustrasi gambar
  • Penataan gambar
1

1
1
1
2. Isi buku
  • Ukuran huruf
  • Pemilihan jenis huruf
  • Tata letak dialog dan narasi
  • Kesesuaian ilustrasi cerita
  • Kesesuaian ilustrasi tokoh
  • Kesesuaian kualitas gambar
  • Ukuran ilustrasi sesuai dengan kognisi siswa SD
1
1
1
1
1
1

1
3. Keefektifan media
  • Kesesuaian media komik sebagai daya tarik siswa untuk membaca
  • Kesesuian jumlah halaman komik
  • Kesesuaian komik sebagai media pembelajaran


1

1

1
Total
16

3.4.2.3.2 Uji Validasi Ahli Materi
       Uji validasi ahli materi dilaksanakan setelah prototipe awal media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III telah tersusun dalam bentuk komik. Dalam instrumen ini, peneliti akan memberikan protoipe materi kepada ahli dan diuji dengan angket validasi oleh ahli. Pada langkah selanjutnya adalah perbaikan materi, apabila tahap validasi materi produk ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Berikut merupakan kisi-kisi angket validasi ahli materi.



Tabel 3.7 Kisi-Kisi Angket Validasi Ahli Materi
Aspek
Subaspek
Jumlah Soal
Kesesuaian dengan kurikulum
  • Keseuaian dengan indikator pencapaian

1
Isi atau Materi
  • Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
  • Kesesuaian alur cerita dengan perkembangan psikologis siswa
  • Penggunaan unggah-ungguh basa yang tepat
  • Kesesuian diksi yang digunakan dengan kognisi siswa SD
  • Kesesuaian struktur kalimat dengan kognisi siswa SD
  • Font (huruf) penulisan naskah
  • Mendorong keaktifan belajar siswa

1


1

1


1

1
1

1
Total
8

3.5 Teknik Analisis Data
       Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, data lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Tarigan 2012:244). Data yang telah diperoleh dikelompokan menjadi dua, yaitu (1) data analisis kebutuhan media pembelajaran membaca cerita bagi guru dan siswa kelas III, (2) data uji ahli sebagai proses perbaikan dan penguatan media yang dibuat.

3.5.1 Analisis Data Kebutuhan
       Teknik yang digunkan dalam menganalisis data analisis kebutuhan media pembelajaran membaca cerita bagi siswa kelas III dilakukan dengan beberapa proses seperti berikut.
1.      Menganalisis data angket kebutuhan siswa dan guru.
2.      Memfokuskan data angket kebutuhan siswa dan guru.
3.      Merubah data mentah kedalam bentuk desain media.
Dari data di atas kemudian dikembangkan media komik pembelajaran membaca cerita bagi siswa kelas III sekolah dasar.

3.5.2 Analisis Data Uji Ahli
       Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi data hasil uji ahli untuk menemukan kelemahan dan saran dari ahli atas media pembelajaran membaca cerita yang telah dibuat berdasarkan yang kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang SD/sederajat. Data kualitatif diperoleh dari angket yang berisi saran atau masukan dari ahli. Dari analisis data uji ahli yang dikumpulkan, peneliti dapat menyusun media komik Jaka Tingkir sebagai media pembelajaran membaca cerita siswa kelas III di Kabupaten Boyolali.